Kalah Main Game Online, Siswa SMK Aniaya Junior di Cianjur

Kalah Main Game Online – Cianjur kembali dihebohkan dengan sebuah insiden memalukan yang melibatkan siswa SMK. Bukan karena prestasi, bukan pula karena aksi heroik, tapi karena kekerasan. Seorang siswa SMK nekat menganiaya juniornya hanya karena kalah dalam permainan game online. Ironis, ketika dunia maya yang seharusnya menjadi pelarian dari penatnya dunia nyata, justru menjadi pemicu luka fisik dan trauma psikis.

Kejadian ini berlangsung di lingkungan sekolah pada jam istirahat. Korban, seorang siswa kelas X, hanya bisa pasrah saat di pukuli oleh seniornya yang lebih tua satu tahun. Alasan di balik penganiayaan ini terdengar sepele, bahkan konyol—sang pelaku tidak terima karena kalah dalam pertandingan game online bergenre battle royale yang mereka mainkan malam sebelumnya.

Game Online: Hiburan atau Pemicu Kekerasan?

Game online memang menyenangkan, tapi ketika tidak di barengi dengan kontrol emosi dan kedewasaan, ia bisa berubah jadi senjata yang merusak. Pelaku yang di kenal sering bermain secara kompetitif slot bet 200 perak, merasa di permalukan karena kekalahannya tersebar di grup WhatsApp sekolah. Juniornya di anggap sengaja mempermalukannya, padahal itu hanyalah candaan yang beredar secara alami di kalangan teman-teman sekelas.

Namun, yang terjadi justru reaksi brutal. Bukannya menyelesaikan secara dewasa, pelaku justru melampiaskan emosi dengan kekerasan. Pukulan bertubi-tubi mendarat ke wajah korban, hingga menyebabkan lebam di pelipis dan luka sobek di bibir.

Lemahnya Kontrol Sosial di Lingkungan Sekolah

Yang lebih menyedihkan lagi, peristiwa ini tidak langsung mendapat penanganan dari pihak sekolah. Para siswa lain hanya merekam atau sekadar menonton. Budaya “asal bukan gue” dan mentalitas penonton menjadi masalah besar yang memperparah keadaan. Di mana guru? Di mana pengawasan? Apakah sekolah hanya sekadar tempat belajar tanpa perhatian terhadap kondisi psikologis siswanya?

Ini bukan hanya soal dua siswa yang berselisih. Ini soal sistem yang rapuh. Pendidikan karakter yang hanya jadi slogan, pengawasan yang longgar, dan ketidakpedulian yang semakin membudaya.

Baca juga artikel kami yang lainnya: https://rainbowfriends-plushies.com/

Saatnya Orang Dewasa Bertindak

Kekerasan yang dilatari urusan sepele ini seharusnya menjadi alarm keras bagi orang tua, guru, bahkan pemerintah. Anak-anak kita hidup di dua dunia: nyata dan maya. Jika di dunia maya mereka bebas marah dan menghina, maka di dunia nyata mereka belajar untuk memukul dan melukai. Dan ketika tak ada batasan yang jelas, semua bisa menjadi korban—bahkan oleh temannya sendiri.

Berapa lama lagi kita akan diam, sambil berharap kejadian semacam ini tidak terulang? Sementara itu slot depo 10k, seorang siswa harus menanggung rasa sakit karena hanya ingin bermain game.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *